multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

ANALISIS JURNAL EVALUASI PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM PADA IBU POST PARTUM DI UNIT KEBIDANAN


A.    PENDAHULUAN
Menurut hasil Survei Demografi KesehatanIndonesia (SDKI) tahun 2003, angka  kematian ibu di Yogyakarta adalah 110/100.000 kelahiran hidup. Data yang tercatat dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa kematian maternal tahun 2004 di yogyakarta terdapat 33 kasus yaitu Kotamadya Yogyakarta 5 kasus, Bantul 8 kasus, Kulonprogo 4 kasus, Gunungkidul 4 kasus dan Sleman 2 kasus.
Menurut data dari Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Yogyakarta tahun 2004 tercatat 462 persalinan terdiri dari partus spontan 288, vacuum ekstraksi 21, presentasi bokong pervagina 8, section caesaria 145. persalinan dengan luka robekan perineum atau episiotomi sebanyak 208 kasus yaitu sekitar 65,61% dari jumlah persalinan pervagina.
Luka pada perineum atau episiotomi merupakan daerah yang sulit agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin daerah tersebut sembuh dengan cepat dan memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, perawatan luka perineum ibu post partum di Unit Kebidanan RSU Kota Yogyakarta dilakukan setelah selelsai persalinan dan petugas langsung memberikan pendidikan kesehatan tentang cara praktis merawat perineum-nya. Pasien dirawat 2 hari dan dinasehatkan untuk control pada hari ke-7 post partum. Dari 19 pasien yang control ke poliklinik kebidanan terdapat 2 pasien menunjukkan luka perineum yang belum menutup sempurna dan keluar cairan serosa dan 1 orang menunjukkan kemerahan pada perineum-nya.
Dari uraian diatas peneliti sudah memaparkan data data kuantitas mengenai masalah yakni perawatan luka jahitan perineum, mulai dari data secara umum (Indonesia) ke data secara khusus (D.I. Yogyakarta). Serta didukung dengan data yang diperoleh melalui studi pendahuluan di tempat yang akan dilakukan penelitian juga menunjukkan suatu masalah. Peneliti sudah memaparkan keseriusan suatu masalah sebagai latar belakang yang mendukung untuk dilakukannya penelitian ini. Akan tetapi peneliti belum mencantumkan teori teori ilmiah mengenai pentingnya perawatan luka jahitan perineum, untuk lebih mendukung keterkaitan subyek penelitian.

  1. METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan penelitian deskriptif non analitik jenis evaluatif dengan tehnik observasional. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Azwar, 2005). Studi deskriptif adalah satistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sample atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005). Pada penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data sebanyak banyaknya dengan cara observasi, hasil dari observasi pelaksanaan perawatan luka jahitan perineum tidak dianalisa (tidak menggali fenomena dari factor risiko maupun efek) dengan  berdasarkan tinjuan kepustakaan, akan tetapi hanya mengevaluasi/menilai hasil program yang sedang /telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program itu berjalan dan sejauh mana program tersebut mempunyai hasil atau dampak yang diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh pengamat (Notoatmodjo, 2002).
Populasi adalah ibu post partum dengan luka jahitan perineum di Unit Kebidanan RSU Kota Yogyakarta. Sample diambil dengan purposive sampling dengan kriteria eksklusif ibu dengan luka perineum derajat I, II, III, IV yang melahirkan dan dilakukan penjahitan luka di luar  Unit Kebidanan RSU Kota Yogyakarta, dirawat kurang dari dua hari, riwayat melahirkan dengan vaccum/forcep, kalla II lama, KPD, penyakit diabetes, sepsis, anemia. Sampling purposive adalah tehnik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, tetapi ada syarat syarat yang harus di penuhi :
·         Pengambilan sample harus didasarkan atas ciri ciri, sifat sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri ciri pokok populasi
·         Subjek yang diambil sebagai sample benar benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri ciri yang terdapat pada populasi
·         Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan (Arikunto, 2002).
Penelitian dilaksanakan tanggal 1 September 2005 sampai dengan 30 Oktober 2005.
Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi berupa checklist. Checklist digunakan untuk mengetahui pelaksanaan tehnik perawatan perineum yang dilakukan oleh perawat dan pasien, serta mengetahui tanda tanda infeksi perineum. Observasi dilakukan oleh peneliti dan perawat ruang rawat post partum yang telah ditunjuk sebagai observer. Uji reliabilitas dengan menggunakan rumus indeks oleh H. J. X. Fernandes dengan angka reliabilitas 0,8-0,9. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang dinyatakan dengan predikat baik, cukup, dan kurang baik.
Metode pengamatan atau observasi memiliki kelemahan yang terletak pada diri pengamat sendiri, upaya pengamatan untuk bersikap netral, unsur subjektivitas diri tentu masih mengiringi kegiatan sehingga hasilnya menjadi tidak dapat 100% objektif. Dengan alasan alasan tersebut sangat penting untuk melakukan persamaan persepsi jika menggunakan pengamat lebih dari 1 orang guna menghindari terjadinya bias (Arikunto, 2002).

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian diperoleh 33 responden pasien post partum dengan luka perineum di Unit Kebidanan RSU Kota Yogyakarta. Observasi dilakukan selam 2 bulan mulai 1 september sampai dengan 30  oktober 2005. Pada table 1 dijelaskan ibu post partum yang memiliki pendidikan SMA lebih dominant yaitu sebanyak 17 responden (52,1%). Responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih dominan yaitu sebanyak 29 responden (60,4%). Paritas (pengalaman melahirkan) lebih banyak primipara yaitu 25 orang (52,1%) dan multipara sebanyak 23 orang (47,9%).

Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden Post Partum di Unit Kebidanan
RSU Kota Yogyakarta

Karakteristik
Frekuensi
Presentase
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT

4
9
25
10

8,3
18,8
52,1
20,8
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Buruh
PNS
Swasta

29
1
4
14

60,4
3
8
29,3
Paritas
Primipara
Multipara

25
23

52,1
47,9


Tabel 2
Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Perawatan Perineum Oleh Perawat di Unit Kebidanan RSU Kota Yogyakarta

Kategori
Frekuensi
Presentase
Baik
Cukup
Kurang
18
30
-
37,5
62,5
-

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa pelaksanaan perawatan perineum yang dilakukan perawat sebagian besar cukup baik yaitu sebanyak 30 responden (62,5%). Hal hal yang membuat hasil penelitian dalam kategori cukup baik ini diantaranya kegiatan yang dilakukan dengan tidak benar meliputi membersihkan perineum dengan tidak satu atau dua kali usapan, mengoles betadin pada luka dengan tidak sekali usapan (arah yang tidak benar) dan mencuci tangan sebelum merawat perineum juga tidak dilakukan.
Hal ini menunjukkan bahwa prosedur dan cara membersihkan perineum dengan menggunakan tehnik aseptic belum diperhatikan oleh sebagian besar pelaksana perawatan. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi pada luka perineum post partum. Berdasarkan observasi hal ini terjadi karena tergesa gesa menolong persalinan, sehingga pada saat melakukan perawatan petugas hanya mengganti sarung tangan.

Tabel 4
Distribusi Hasil Observasi Luka Perineum Hari 2 Post Partum Dilihat Berdasarkan Tehnik Perawatan Ibu Post Partum di Unit Kebidanan
 RSU Kota Yogyakarta

Tehnik perawatan oleh ibu post partum
Infeksi
Tidak infeksi
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
-
-
-
-
12 (25%)
32 (66,7%)
4 (8,3%)
48 (100%)

Dari table 4 dapat diketahui bahwa dari 48 responden baik dari tehnik perawatan ibu post partum dalam kategori yang baik, cukup, kurang belum ditemukan tanda tanda infeksi. Hail ini karena luka dalam proses penyembuhan. Menurut sabistone bahwa proses penyembuhan luka pada fase inflamasi berlangsung sampai hari ke 5. berat ringannya inflamasi dipengaruhi oleh benda asing dari luar tubuh missal benang jahit, infeksi kuman. Tidak adanya serum dan pus menunjukkan reaksi inflamasi tersebut terjadi karena proses penyembuhan luka bukan karena infeksi. Oleh sebab itu, infeksi baru ditemukan pada hari 7 post partum.
Pada table 5, responden yang berjumlah 48 orang, yang control pada hari ke-7 hanya 33 orang dan ditemukan ibu dengan perawatan luka baik dan tidak infeksi sebanyak 11 orang, perawatan cukup baik dan tidak infeksi sebanyak 21 orang, kategori kurang dan terjadi infeksi sebanyak 1 orang.
Tabel 5
Distribusi Hasil Observasi Luka Perineum Pada Hari 7 Post Partum di Unit Kebidanan RSU Kota Yogyakarta

Tehnik perawatan oleh ibu post partum
Infeksi
Tidak infeksi
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
-
-
1
1
11
21
-
32

Ibu post partum yang mengalami infeksi belum memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya, sehingga pengalaman bagaimana ibu harus merawat juga sangat minim. Pendidikan tidak berpengaruh pada kejadian ini, tergantung dari berapa banyak informasi dan pengetahuan ibu tentang tehnik perawatan dan pencegahan infeksi yang dimiliki ibu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa yang mengalami infeksi, memiliki pendidikan yang cukup tinggi (SMA) dan perawatan perineum-nya dalam kategori kurang. Perilaku kesehatan merupakan factor terbesar kedua setelah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu. Pendidikan kesehatan adalah intervensi agar perilaku tersebut kondusif terhadap kesehatan.

  1. KESIMPULAN
Pelaksanaan perawatan perineum yang dilakukan oleh prawat sebagian besar adalah cukup. Pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri sebagian besar dalam kategori cukup.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Azwar, S. 2005. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive