multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

MEMASUKI LAPANGAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Mengetuk pintu…
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dana penelitian sudah diperoleh, kita sudah dapat memulai kegiatan penelitian yang sebenarnya. Peneliti pemula (dan bahkan setiap peneliti ketika menghadapi proyek baru) mengatakan bahwa memulai penelitian merupakan saat yang sangat menegangkan dan mengetuk pintu partisipan pertama merupakan hal tersulit yang pernah mereka lakukan.  Kesulitan ini mungkin timbul akibat kurangnya struktur dalam proses penelitian kualitatif, yang menyebabkan peneliti merasa bahwa akan muncul banyak hal yang keliru (misalnya akan ada partisipan yang menolak untuk menjalani penelitian).  Di lain pihak, jika observasi partisipasi sudah menjadi bagian dari rancangan penelitian, ada suatu kecanggungan menghadapi perasaan “tidak tahu apa yang harus dilakukan” atau “bagaimana menyesuaikan dengan lingkungan penelitian”.

Beberapa strategi dapat digunakan untuk proses memulai penelitian yang dapat memberikan rasa percaya diri bagi peneliti baru.  Pertama, melatih prosedur yang akan dipakai dalam penelitian dengan kolega. Berlatih menjelaskan penelitian tersebut, menjawab pertanyaan mengenai penelitian ini dan memperoleh persetujuan mereka.  Cara ini akan sangat meringankan kecemasan pada beberapa hari pertama.  Kedua, mencoba memahami kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi agar lebih siap menghadapinya apabila benar-benar terjadi.  Contohnya, staf dan klien akan bertanya “Apa yang diteliti?”.  Mereka tidak mengharapkan presentasi panjang-lebar namun cukup satu kalimat singkat.   Bagaimanapun juga kita tidak boleh menjawab “Saya belum yakin” karena akan menghilangkan kredibilitas kita di depan para partisipan ataupun kepercayaan partisipan terhadap kita. Partisipan akan segera menyimpulkan bahwa si peneliti ini orang yang suka berahasia, tidak serius, atau malah tidak berkepentingan.  Di lain pihak, jawaban dari peneliti tidak perlu sedemikian panjangnya hingga menyita waktu kerja seseorang ataupun terlalu spesifik yang akan menyebabkan perubahan tingkah laku partisipan. Selain itu, jawaban kita harus sesuai dengan penjelasan dalam formulir persetujuan.  Contohnya, saat Morse memulai penelitian tentang kenyamanan di ruang trauma, ia memberi tahu staf di sana bahwa ia akan mempelajari “kenyamanan” dan ia memperoleh jawaban “Kami tidak punya waktu untuk itu.  Pergi saja ke tempat lain!” (Morse, 1992a).  Namun, jika jawabannya saat itu “Saya ingin mempelajari bagaimana seorang perawat menolong pasien yang sedang mengalami penderitaan dan bagaimana ia mempertahankan kendali,”staf itu mungkin akan mempertimbangkannya sebagai topik yang masuk akal, menarik dan penting.  Dengan demikian, seorang peneliti harus mempersiapkan jawaban yang tepat agar siap untuk menjawab pertanyaan yang diperkirakan akan muncul.

Getting in…

Pada saat menyusun usulan penelitian, telah dibahas pentingnya memilih tempat penelitian dan memperoleh ijin resmi penelitian.  Meskipun demikian, akan ada kesenjangan waktu antara memperoleh ijin penelitian dengan siap memasuki lingkungan penelitian. Pada saat tersebut, cobalah menyentuh hal-hal yang mendasar dan berikanlah informasi tentang jadwal penelitan anda dan kemajuan yang telah dicapai. Hal ini penting karena keadaan di tempat penelitian dapat berubah dan daya tarik yang menyebabkan tempat tersebut dipilih juga dapat berubah selama periode tersebut.  Satu contoh adalah penelitian yang dirancang untuk mengetahui pengaruh dihilangkannya pengekangan dalam lingkungan psikogeriatri.  Morse memilih suatu lokasi klinik, memperoleh persetujuan awal bagian keperawatan untuk meneliti dan meninggalkan satu salinan proposal yang tentu saja berisi ulasan tinjauan pustaka mengenai pengekangan tersebut.  Dua bulan kemudian saat ia memperoleh dana penelitian dan ijin resminya, dia kembali ke tempat itu untuk mengatur jadwal penelitian.  Dia tertegun saat kepala perawat berkata “Anda tahu, hal itu [menghilangkan pengekangan] merupakan ide yang bagus.  Kami meneruskannya dan mencobanya.”

Getting in” (memasukkan diri) meliputi pengumpulan, pembangunan dan pemeliharaan kepercayaan partisipan yang akan diteliti.  Kaufman (1994) membahas suatu dilema yang erat dengan proses “getting in” ini dan menemukan bahwa pencarian dan pemeliharaan kepercayaan merupakan hal yang harus dilakukan di awal dan sepanjang penelitian berlangsung.  Penting juga bagi peneliti untuk mempelajari kondisi politik dan konflik yang ada dalam suatu institusi.  Dalam suatu penelitian mengenai perubahan di rumah sakit, seorang peneliti menyadari bahwa ia tidak dipercaya.  Alasannya adalah bagian administrasi telah memperkenalkan penelitiannya, sedangkan para perawat  tidak menyukai maupun mempercayai perawat senior di institusi tersebut. Untuk mengatasi rintangan awal dan memperoleh kepercayaan partisipan akan memakan waktu lama dan usaha keras.

Sebagai jalan untuk memasuki suatu organisasi, Field (1983) diberi kesempatan untuk berbicara di suatu pertemuan umum para perawat kesehatan yang bekerja pada suatu agen.  Penelitiannya memperoleh persetujuan dari agen tersebut setelah nampak bahwa para perawat tertarik untuk ambil bagian dalam penelitian itu.  Saat dua klinik dipilih untuk suatu penelitian, pertemuan lebih lanjut dengan para staf perlu dilakukan untuk memastikan  bahwa mereka sepenuhnya menyadari sifat dasar penelitian itu sebelum dimulainya waancara dan observasi.

Mulai mengumpulkan data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama untuk mengumpulkan data.  Pengumpulan data kualitatif tidak akan menjadi mudah hanya karena kita sudah mendapat persetujuan penelitian.  Waktu, efektivitas dan efisiensi pengumpulan data bervariasi.  Pengumpulan data biasanya tidak efisien karena pemahaman peneliti yang rendah.  Peneliti harus membangun kredibilitas dalam lingkungan penelitiannya.  Peneliti harus mempunyai ketrampilan untuk  dapat berada di sana dan dipercayai tanpa harus dekat ke salah satu orang, bergabung ke salah satu subkelompok maupun berpihak ke satu sisi.  Penting kiranya untuk menjadi “seperti” kelompok yang dipelajari dengan tetap berusaha “menjaga jarak”. Ada perdebatan panjang dalam literatur apakah seorang antropolog pria dapat memperoleh informasi akurat mengenai kegiatan wanita di suatu masyarakat pra-industri (Gregory, 1984).  Begitu juga, apakah antropolog wanita dapat berbincang terbuka dengan pria Indian (Wax, 1971 p.46) atau memperoleh informasi tentang kegiatan pria (Bowen, 1964; Golde, 1970).  Serupa dengan itu, mungkin akan muncul pertanyaan apakah perawat-peneliti dapat memperoleh informasi akurat tentang persepsi pasien jika mereka dilihat sebagai bagian dari staf perawat sendiri.  Pasien mungkin menganggap perawat peneliti sebagai “salah satu dari mereka”dan khawatir untuk mengemukakan sisi negatif perawatannya. Cara yang digunakan untuk memperkenalkan diri peneliti ke suatu kelompok menjadi penting untuk memperoleh penerimaan selanjutnya, kualitas data dan validitas penelitian.

Membangun rapport

Peneliti harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan hambatan yang minimal.  Pemilihan pakaian dapat mempengaruhi penerimaan seseorang, sama halnya dengan memperhatikan tata krama, misalnya dalam memanggil seseorang dengan tepat (“Bagaimana saya harus memanggil Anda?”).  Secara umum, penting bagi peneliti untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam kelompok.  Perhatian ke hal yang mendetail pada tahap ini akan memberikan akses ke informasi yang berguna pada perjalanan penelitian selanjutnya. Selain itu, penting juga menciptakan kebersamaan dengan kelompok, pada saat yang sama kita harus tetap bersikap rendah hati.  Meskipun peneliti harus memiliki kredibilitas, mencoba untuk tampak lebih baik dari kelompok itu tidak akan membantu mencapai penerimaan. (Dalam penelitian saya, Utarini, mengenai evaluasi program Malaria di kabupaten Jepara, dengan tidak saya sadari antusiasme saya untuk mengikuti ke wilayah Gronggong menjadi hal penting untuk membuka informasi dan membangun rapport dengan para juru malaria desa. Hal ini disebabkan oleh karena Gronggong merupakan wilayah yang paling sulit dijangkau, sehingga staf Puskesmas dan juga penelitian lain enggan mengunjungi wilayah tersebut. Dokter Puskesmas yang sudah bekerja di Puskesmas tersebut selama 1,5-2 tahun pun baru pertama kali berkunjung kesana oleh karena saya ingin melihat daerah tersebut. Sampai akhir tugasnya sebagai dokter PTT, beliau ya hanya mengunjungi daerah tersebut 1-2 kali bersama saya).

Satu faktor yang menentukan pada tahap permulaan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok adalah dengan menunjukkan netralitas kita secara politik, institusional maupun personal (Kaufman, 1994).  Selain itu penting juga untuk menemukan sang pemimpin, baik formal maupun informal, yang akan memperkenalkan anda kepada kelompok yang bersangkutan.  Lipson (1991) menyatakan bahwa pengalamannya dalam bedah caesar membantunya menciptakan kredibilitas di depan partisipan dan membuka komunikasi kelompok.  Sebagai seorang wanita Kaukasia yang mempelajari pria kulit hitam, Kaufman (1994) menggambarkan bagaimana ia sebagai orang luar harus menunjukkan bahwa ia benar-benar tertarik pada anggota kelompok itu secara pribadi bukan sekedar objek penelitian.  Ia juga menekankan perlunya mengikuti aturan dan kebiasaan suatu kelompok.

Saat memasuki lapangan, partisipan akan menanyakan detail metodologi dan tujuan penelitian.  Sebagai peneliti, kita dianjurkan untuk tidak menutupi suatu informasi, tetapi mampu menjelaskannya secara sederhana, singkat dan tidak berbelit-belit.  Kita juga perlu menyampaikan jenis informasi yang akan dipakai dalam laporan terakhir.  Perlu juga menyampaikan kepada partisipan bahwa isi laporan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan penelitian.

Terdapat perdebatan mengenai seberapa jauh “jarak” yang harus diambil dengan lingkungan untuk dapat mengumpulkan data dan menganalisisnya secara adekuat.  Biasanya disepakati bahwa perawat (atau profesi lain) tidak diperkenankan melakukan penelitian kualitatif di unit tempatnya bekerja.  Pertama, ada kebingungan antara perannya sebagai pekerja dan sebagai peneliti.  Begitu juga, apakah informasi yang diperolehnya merupakan data penelitian ataukah keterangan pasien yang harus dicatat dalam daftar.  Hal ini dapat menimbulkan dilema yang besar yang mengakibatkan kesalahpahaman, pelanggaran prinsip kerahasiaan penelitian atau dianggap menyembunyikan informasi sebagai anggota staf. Perhatian terbesar adalah analisis data dapat terganggu karena kedekatan peneliti dengan lingkungannya.  Para perawat mungkin tidak akan mencatat data tentang perilaku tertentu atau hal lainnya karena perilaku itu bersifat normatif dan tidak disadari.

Jika seorang peneliti merasa tidak mempunyai pilihan lain selain mengumpulkan data di lingkungan kerjanya, ada beberapa syarat untuk mencegah timbulnya masalah.  Pertama, sadari konflik peran.  Sulit untuk bekerja sekaligus mengumpulkan data pada waktu yang sama.  Jadi, pastikanlah bahwa semua staf dan pasien tahu kapan anda berperan sebagai peneliti dan kapan sebagai anggota staf. Ini termasuk juga menyadarkan staf bahwa, kecuali pada keadaan darurat, sebagai peneliti anda tidak boleh memberikan perawatan. Kedua, tentukan pertanyaan penelitian yang akan memfokuskan kembali perspektif anda dari perspektif keseharian anda. Misalnya, jika peran keseharian seorang peneliti adalah perawat di ICU, topik yang penting dan valid adalah meneliti peranan dukungan sosial di ICU (Hupcey & Morse, 1994), sehingga peneliti lebih terfokus pada peranan pasien dan keluarganya daripada melihat setting itu dari kacamata perawat.  Bagaimanapun juga, memelihara kerahasiaan berarti menyimpan semua informasi yang diperoleh, termasuk contoh-contoh pelayanan yang sangat bagus.  Aturan utamanya adalah tidak ada umpan balik ke staf sebelum penelitian selesai.  Umpan balik diberikan sebagai bagian dari analisis dengan identitas partisipan dirahasiakan.

Hal tersebut membantu seseorang untuk melepasan diri dari lingkungan kerjanya, jika memungkinkan, karena akan membantu mengidentifikasi peraturan-peraturan implisit dan ritual di lingkungan itu.  Sebagai contoh, penelitian “pemberian hadiah” (Morse, 1992b) oleh delapan asisten peneliti (semuanya lulusan keperawatan) membantu dalam pengumpulan data.  Para asisten ini ditugasi untuk mengumpulkan data dengan perawat dari keahlian yang berbeda dengannya.  Misalnya, asisten dengan keahlian ICU dan rawat jantung ditugaskan ke psikiatri, perawat gerontologi ke bagian kebidanan, perawat psikiatri ke gerontologi, dan seterusnya.  Dengan metode ini, asisten peneliti mampu belajar tentang diri mereka sendiri dan juga keperawatan yang akan menghasilkan perdebatan yang hidup.  Contohnya ketika membahas penghargaan dari pasien, asisten peneliti dari ICU yang mengumpulkan data di psikiatri mengamati bahwa “Perawat psikiatri tidak menganggap bahwa senyum yang diberikan pasien merupakan hadiah.  Mereka berpikir ‘Mengapa mereka tersenyum padaku? Apa yang ia inginkan?’”dan tertawa, terutama terhadap kejengkelan perawat psikiatri yang merasa terpaksa menjelaskan tingkah pasiennya. 

Cobalah untuk tidak memberikan janji-janji yang tidak realistis.  Tidaklah bijaksana untuk menyebarkan catatan lapangan atau memberi umpan balik terlalu dini.  Membuat partisipan menyadari penemuan awalnya akan menyebabkan kebingungan dan perubahan perilaku yang akan mengacaukan penemuan itu.  Klarifikasikan peran Anda, tentukan apakah peneliti akan terlibat dalam perawatan dan pastikan bahwa keputusan ini tersebar ke semua staf.  Kita perlu memperjelas hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dan batas-batas keterlibatan.  Hal ini merupakan hal yang harus ditekankan peneliti dengan para perawat selama berlangsungnya penelitian.

Kontak pertama terasa berat karena peneliti adalah orang luar, orang asing bagi kelompok itu.  Peneliti harus dapat menerima jika ditertawakan orang lain saat ia melakukan kesalahan dalam beretika dan mewaspadai perilaku yang mungkin sesuai baginya namun dapat dianggap melecehkan  kelompok tertentu seperti yang disampaikan Wax (1971):

Orang yang tidak dapat menguasai kecanggungan , yang selalu merasa terpukul saat berbuat salah, malu atau semacamnya – yang secara psikologis tidak tahan untuk menjadi, dan diperlakukan seperti orang bodoh bukan hanya untuk satu dua hari atau seminggu tetapi untuk berbulan-bulan, harus berpikir dua kali lagi sebelum memutuskan untuk menjadi peneliti partisipan (p370).

Di samping kesulitan yang ada di kontak pertama ini, ketika peneliti telah terbiasa dengan norma-norma dan nilai-nilai dalam lingkungan itu, hal-hal lainnya pasti akan mengalami kemajuan.

Saat suatu observasi akan dilakukan, selain mengumpulkan data formal mungkin perlu untuk menyediakan waktu seminggu di lokasi penelitian.  Periode ini dapat digunakan untuk membiasakan partisipan dengan keadaan selama observasi, penggunaan tape recorder dan kamera video di tempat itu.  Selama periode ini peneliti harus terlibat dengan segala kegiatan yang direncanakan untuk periode pengumpulan data.  Peneliti harus terbiasa dengan pola-pola pembicaraan dan perilaku normal para partisipan selama periode ini. Organisasi kelompok dan pola interaksi sosial di dalam kelompok itu, seperti juga pemimpin informal, harus dapat diidentifikasi. Periode ini penting karena si peneliti mencari penerimaan dari partisipan dan menciptakan peran penelitian.

Beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi kecanggungan saat mulai memasuki suatu kelompok.  Langkah pertama mencari orang dalam, yaitu anggota kelompok, untuk memperkenalkan peneliti secara pribadi kepada kelompok.  Jangan berharap untuk dapat produktif selama beberapa minggu pertama.  Periode permulaan digunakan untuk mengenal para partisipan saat mereka mulai mengenal si peneliti.  Pertimbangkan fase ini sebagai waktu untuk menguji apakah suatu penelitian mudah dilaksanakan. Kemudian, karena telah diketahui bahwa itu hanyalah suatu masa uji coba atau masa latihan, kesalahan yang terjadi tidaklah begitu memalukan.

Wax (1971) mengemukakan bahwa saat seseorang memasuki suatu kelompok, penting baginya untuk menyejajarkan dirinya dengan mereka yang bekerja di posisi terendah dalam hirarki.  Saat memasuki lingkungan keperawatan berarti pertama kali mencari kepercayaan dari pembantu perawat dan sejawatnya, kemudian siswa perawat, staf perawat dan akhirnya perawat yang berwenang.  Bukan tidak mungkin untuk membalik urutan tersebut dan tetap berhasil memperoleh kepercayaan dari seluruh kelompok.  Orang-orang dengan status lebih rendah biasanya curiga terhadap orang yang dekat dengan pemimpinnya dan akan menganggap si peneliti berusaha mencari informasi untuk orang yang di atas itu.

Membatasi penelitian dengan menanyakan pertanyaan umum di beberapa hari pertama akan sangat berguna. Hindari topik yang menyebabkan ketidaknyamanan atau kontroversi di antara partisipan. Hal yang paling utama adalah mendengarkan dan mempelajari bahasa dan nilai-nilai kelompok itu.  Akan sulit bagi kita untuk mengingat apa yang diucapkan setiap orang saat pertama kali memasuki suatu kelompok. Jangan mencoba untuk melakukannya atau Anda akan menjadi panik sendiri. Lebih baik, cobalah untuk merasakan apa yang terjadi dan gunakan waktu untuk lebih membiasakan diri dengan lingkungan itu.

Selama hari-hari pertama di lapangan, amati struktur organisasi dan kekuasaannya. Buat catatan mengenai lingkungan dan organisasinya pada tahap ini. Siapa pemimpin formalnya? Siapa pemimpin informalnya? Siapa yang akan dapat menjadi partisipan kunci?  Contohnya, seorang peneliti memang sedang mempelajari perawat, namun kasir di unit itu mungkin memberikan pandangan kritisnya yang tidak akan diperoleh dari para perawat sendiri. Selama periode di lapangan ini, bersikaplah seperti sepon (sponge), menyerap semua informasi yang ada.  Saat beberapa macam informasi telah diperoleh, mulailah menyaring data yang telah terserap.

Konteks situasional suatu lingkungan digambarkan dalam cara-cara yang berbeda: lingkungan atau setting, ambiensi atau aspek-aspek yang erat dengan suatu keadaan.  Miles dan Huberman (1994) berpendapat bahwa konteks adalah aspek yang relevan dari suatu situasi seperti lokasi fisik seseorang, hubungan mereka dengan orang lain dan aspek yang relevan dari situasi sosial tempat mereka berperan.  Pada awalnya peneliti mungkin tidak tahu apa yang menyusun aspek-aspek penting suatu konteks dalam suatu situasi.sehingga harus membuat catatan untuk semua hal, bahkan hal-hal kecil yang tampaknya tidak berguna dan tidak relevan pada waktu itu.  Dengan cara ini, suatu susunan yang lebih akurat dari suatu konteks untuk penelitian akan diperoleh.  Kegagalan untuk merekam hal yang nyata dapat mengakibatkan hal tersebut terabaikan atau terhapuskan.  Hal ini merupakan suatu masalah yang harus selalu diwaspadai peneliti saat melakukan penelitian kualitatif.

(Disadur dari: Morse JM and Field PA. Qualitative research methods for health professionals. 2nd edition. London: Sage Publications; 1995).

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive